Bagaimana cara mengatasi agar tidak terjadi situasi apocalyptic ? Hans Jonas telah memberikan atau mengusulkan apa yang dia namakan Etika Masa Depan.
Menurut Hans Jonas, kewajiban pertama dalam Etika Masa Depan adalah memiliki ‘rasa takut‘. Kenapa? Jadi disini yang dimaksud adalah ‘rasa takut’ akan situasi apocalytic. Ketika rasa takut itu muncul, biasanya pikiran sadar kita akan terus mengantisipasi agar apa yang ditakuti itu tidak terjadi. Dan dalam situasi ketakutan, pada umumnya kita akan secara spontan meresponnya serta dapat melakukan apa saja yang harus dilakukan. Begitu bukan?
Disamping itu, manusia perlu memahami fungsi dan perannya sebagai manusia sejati ciptaan-NYA. Manusia diberi tanggung jawab untuk melestarikan bumi dan kehidupan ini. Mengapa ? Karena hanya manusialah satu-satunya makhluk ciptaan-NYA yang memiliki kesadaran tentang hal ini semua. Dalam situasi bahaya yang dapat mengancam kehidupannya, maka manusia perlu menyadari keadaan itu. Hans Jonas menambahkan bahwa manusia adalah puncak evolusi yang paling tinggi. Jadi manusia memiliki tanggung jawab paling besar di bumi ini. Binatang, tumbuhan dan alam ini tidak punya daya. Mereka kita apain saja, yah mereka pasrah, diam saja, dan mereka tidak membalas. Karena mereka tidak memiliki kesadaran layaknya manusia. Jadi manusia punya pilihan, punya kesadaran, mau menghancurkan atau melestarikan alam ini.
Coba jika kita imajinasikan masa depan kita, generasi kita dengan postur tubuhnya yang bongkok (karena kebanyakan di depan gadget, laptop, komputer), tangannya kecil, mulutnya maju ke depan (karena sering selfie sendiri… ^_^), lemah (karena kurang gerak dan olah raga). Ini karena ketidakseimbangan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Penyakit jaman ini banyak yang terkait oleh pola makan dan pola hidup yang tidak seimbang dan selaras dengan alam. Seperti pola makan yang cenderung memilih makan enak, cepat saji (fast-food atau junk-food), snack yang syarat akan bahan-bahan kimia, ketimbang dengan makanan sehat dan alami. Bayangkan jika kita hidup pada zaman apocalyptic itu, kira-kira 50-100 tahun yang akan datang. Membayangkan itu saja, kalau saya pribadi, saya ada ‘rasa takut’. Dan ketika kita takut, maka kita akan bergerak aktif untuk mengatasi rasa takut itu agar tidak menjadi nyata. Oleh karena itu, saya menulis dan berbagi tulisan ini kepada teman-teman semua.
Jadi, menurut Hans Jonas, etika masa depan itu pada dasarnya adalah kewajiban etik yang merupakan KEHARUSAN atau KEWAJIBAN. Bukan sekedar saran atau nasehat. Karena jika hanya bersifat saran dan nasehat, bisa jadi manusia tidak akan peduli dengan hal ini. Dan etika masa depan bukanlah seperti timbal balik, atau mencari untung seperti berdagang. Maksudnya bukan mengharapkan kebaikan dari orang lain ketika kita melakukan hal baik pada orang tersebut. Tapi kita melakukan kebaikan ini demi generasi yang akan datang, generasi yang belum ada dan belum kita lihat. Kenapa? Yah, generasi masa depan itu sangat mungkin adalah anak-cucu kita yang akan lahir dari darah daging kita. Itulah kewajiban kita sekarang. Itulah panggilan buat kita sekarang. Seperti misalnya Anda melihat orang yang batuk atau bersin, lalu Anda terpanggil untuk memberikan tissu walaupun orang tersebut tidak memintanya. Itulah refleks rasa keterpangillan Anda. Hans Jonas mengilustrasikannya dengan cara lain. Dia memberikan umpama rasa keterpanggilan itu seperti saat kita melihat anak kita yang baru lahir dari rahim ibu atau isri kita. Maka kita akan terpanggil untuk menolongnya, melindunginya, merawatnya, mendampinginya hingga dewasa nanti dan menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, bangsa dan agama. Inilah yang disebut oleh Hans Jonas sebagai etika tanggung jawab masa depan. Jadi, tanggung jawab adalah keharusan mendasar dalam peradaban manusia modern dan menjadi kriteria yang tidak dapat dihindari.
Colmar, 17 January 2022, Winter.