Sejak SMP saya mulai suka musik. Waktu itu, didepan warung ibu saya, selalu menjadi tempat nongkrong anak2 muda sebaya saya. Ada salah seorang teman tetangga yg pintar bermain gitar. Mereka nyanyi sambil kongkow-kongkow di kursi panjang kayu buatan bapak saya. Suatu ketika saya ikut duduk sambil mengambil kursi dan bergabung bersama mereka. Teman saya ini senang dengan lagu-lagunya Iwan Fals. Saya perhatikan bagaimana teman saya bermain gitar, memetik senar gitar dan memainkan kunci-kunci (chords) gitar. Telinga ini ingin terus mendengarkan suara gitar. Ketika itu, saya belum bisa main gitar. Jadi hanya lihat-lihat saja. Ada rasa dalam hati ingin mencobanya, tapi ga berani. Jadi muncul rasa ingin punya gitar sendiri, biar bisa belajar gen-jrang gen-jreng sepuasnya. Saya bilang ke ibu saya, bahwa saya ingin punya gitar sendiri. Saya mulai menyisihkan uang jajan sekolah dan ditabung untuk membeli gitar. Tanya ke teman, berapa seh harga gitar untuk pemula seperti saya. Tergantung merk dan kualitas, katanya. Tapi saya pikir ga perlu beli merk, yang penting punya gitar utk belajar aja dan bisa dimainkan setiap saat di kamar sepulang sekolah atau diwaktu luang. Setelah beberapa bulan, terkumpulah sejumlah uang yang saya rasa cukup untuk mendapatkan gitar. Kalau tidak salah waktu itu sekitar tahun 1988-198, beberapa hari sebelum membeli gitar, saya sudah mengintip di sebuah toko alat musik di Topaz atau Tomang Plaza, (saat ini sudah menjadi Mall Roxy Square), saat itu harganya sekitar 27ribu rupiah. Akhirnya saya ditemani oleh kawan pergi ke toko itu untuk membeli gitar. Saya memilih gitar dengan senar nilon, dengan alasan kalau gitar bersenar string, jari-jari akan mudah sakit & kapalan. Wah, rasanya senang sekali punya gitar pertama, walaupun belum bisa mainnya. 😀 Nah, sejak saat itu, saya belajar gitar dengan teman saya itu, tapi malah lebih banyak belajar sendiri lewat buku atau majalah. Kadang mengumpulkan lagu dari majalah atau koran. Waktu itu belum ada Internet atau Youtube seperti saat ini. Jadi semua harus dipelajari menggunakan cara konvensional.
Pernah ketika perpisahan SMA, saya juga membawa gitar…Yah untuk hiburan dan nyanyi-nyanyi bersama teman, khan seru kalau sama nyanyi bersama teman-teman.
Sejak lulus SMA, saya malah jarang main gitar…. bisa dibilang hampir lebih 15 tahun saya tidak main gitar lagi. Tapi tahun 2017 kemarin, koq saya kangen banget mau main musik dan gitaran kayak waktu SMP-SMA dulu. Akhirnya saya beli gitar akustik untuk mengisi waktu luang dan membangkitkan mood saja. Dan tahun 2018, saya membeli gitar listrik dan drum untuk anak saya, Zyda. Kita pun akhirnya coba2 bermusik bareng-bareng. Just for fun.… 😀
Jangan nyinyir yah…..karena kami bukan musisi profesional….peralatan musiknya pun bukan yg profesional pula…. 😀
Dan ini lah video-video ke-iseng-an kami berdua…. 😀
https://www.youtube.com/watch?v=5BNhQN7vbY4
https://www.youtube.com/watch?v=_oG7Ujk7B4w
https://www.youtube.com/watch?v=_-_iBY-dIC8
https://youtu.be/LvJnDKOkqaQ
https://www.youtube.com/watch?v=5rRBtUsAPpM
Kalau mau ikuti vlog jamming berikutnya, subscribe aja…. 😀
I’m not sure where you’re getting your info, but good topic. I needs to spend some time learning much more or understanding more. Thanks for magnificent information I was looking for this information for my mission.