Seperti rutinitas biasanya, hari ini saya berangkat “nguli” naik kereta dari kota Colmar ke kota Strasbourg, yang berjarak sekitar 75 KM. Kereta dari Colmar berangkat jam 07.37 pagi setiap harinya, dengan berhenti di kota Selestat yang berjarak sekitar 10 menit dari Colmar. Beberapa menit setelah berhenti di Selestat, kereta kembali bergerak melaju ke kota tujuan, yaitu Strasbourg. Namun tiba-tiba kereta memperlambat lajunya dan kemudian berhenti entah dimana. Setiap orang mlihat ke kanan dan ke kiri karena rasa ingin tahu. Dan ternyata kami berada di sebuah stasiun kereta di kota kecil yang bernama Erstein, yang mana biasanya kereta tidak berhenti di stasiun itu. Tentunya semua penumpang bertanya-tanya dan heran, ada apa dan apa yang menyebabkan kereta berhenti. Tidak beberapa lama, terdengar pengumuman melalui radio lokal kereta api yang terdapat di setiap gerbong kereta. Terdengar suara Kondektur kereta akan memberikan pengumuman dan informasi.
“Bonjour, Mesdames et Messieurs. Votre attention s’il vous plait. Notre train est bloqué, car il y a quelques chose sur la voie. Je vous demande de rester à votre place. Je vous tiens au courant. ”
Dari informasi kondektur kereta bisa diketahui, bahwa perjalanan kereta terganggu dikarenakan ada sesuatu di rel kereta yang menghalangi jalannya kereta. Dan demi keselamatan bersama, maka penumpang diharap tenang dan tidak turun dari kereta sambil menunggu informasi berikutnya. 5 menit berlalu….10 menit berlalu….15 menit berlalu. Kemudian terdengar lagi pengumuman dari kondektur kereta, bahwa perjalanan kereta tidak dapat dilanjutkan dikarenakan jalur kereta antara kota Selestat dan Strasbourg terhalang oleh pohon-pohon yang tumbang dan jatuh pada jalur kereta. Diperkiranakan permasalahan gangguan ini baru dapat diselesaikan dalam beberapa jam kedepan. Mengingat banyaknya pohon-pohon yang tumbang pada jalur kereta. Pohon-pohon tumbang ini disebabkan oleh angin kencang yang merubuhkan pohon atau papan iklan. Hal ini ternyata tidak hanya terjadi pada jalur kereta, melainkan juga pada beberapa titik di jalan autoroute (Tol) yang menyebabkan kemacetan panjang. Akhirnya penumpang dipersilahkan turun dan meneruskan perjalanannya dengan transport alternatif. Tapi karena hal ini mendadak, pihak pengelola kereta Perancis (SNCF) belum mempersiapkan transport alternatif seperti bus. Beberapa penumpang telah menghubungi kantor tempat masing-masing bekerja untuk memberikan informasi keterlambatan hadir di tempat kerja. Begitu juga saya menghubungai ke tempat kerja karena gangguan transport ini. Untuk melanjutkan perjalanan, beberapa orang sepakat untuk naik taksi bersama. Tapi sebagian besar penumpang masih terlantar di stasiun kereta Erstein, termasuk saya yang masih bingung harus berbuat apa. Sementara beberapa orang mencari informasi untuk bisa melanjutkan perjalanannya menuju tempat kerja. Saya hanya pasrah saja. Ditengah-tengah kepasrahan itu, tiba-tiba ada bus lokal yang baru saja habis menurunkan penumpang bus-nya di stasiun kereta Erstein, jadi bus dia kosong untuk selanjutnya meneruskan rute di kota Erstein. Supir busnya adalah seorang Madame (Ibu). Melihat banyaknya penumpang kereta yang terlantar, dia menawarkan jasa untuk mengantarkan kami ke stasiun tram Strasbourg terdekat, sekitar 25 KM dari lokasi. Artinya si Madame supir bus itu tidak menerima penumpang untuk melanjutkan rute bus seperti biasanya, melainkan si Madame itu akan membawa kami para penumpang yang terlantar di stasiun kereta Erstein ke kota Strasbourg, secara gratis alias ga bayar. Sungguh besar hati si Madame supir bus itu. Saya dan sebagian besar penumpang akhirnya naik ke dalam bus. Dan diantarkan hinnga ke stasiun tram terdekat di pinggir kota Strasbourg. Sesampainya di stasiun tram, kami pun turun. Semua penumpang bertepuk tangan dan mengucapkan “Merci…Merci…Merci…Merci beaucoup” (Terima kasih…Terima kasih…Terima kasih…Terima kasih banyak). Akhirnya saya pun bisa melanjutkan perjalanan ke tempat kerja dengan menggunakan tram dan sampai di tempat “nguli” dengan selamat. Ini semua berkat ‘malaikat‘ yang telah menyaru dan masuk ke dalam tubuh seorang Madame yang menjadi supir bus lokal di kota Erstein itu.