Skip to content

Mindset UANG – Part #4

Uang = Matematika ?

Apakah kamu punya pikiran bahwa uang itu soal matematika? Apakah kamu percaya bahwa uang itu soal kerja keras? Kita pernah diberi tahu bahwa uang itu soal waktu. Tapi saya di sini ingin berbagi pendapat apa yang saya baca, dengar dan lihat dan juga untuk berbagi kepada teman-teman. Nanti diakhir artikel ini, silahkan teman-teman simpulkan sendiri.

Uang itu sebenarnya bukan sekadar angka matematika di rekening bank. Uang itu lebih kayak… hubungan percintaan yang sehat. Kalau kamu ngejar terus, dia kabur. Kalau kamu tenang, rileks, dan selaras, gebetan akan datang dengan sendirinya. 😌

Uang itu soal frekuensi, guys. Bukan frekuensi sinyal WiFi, tapi frekuensi vibrasi diri. Kita nggak menarik apa yang kita kejar dengan napas terengah-engah; kita menarik apa yang kita jadi. Itu yang disebut aura. Aura itu kayak status update yang kamu pancarkan tanpa perlu ngomong apa-apa.

Sebelum kamu buka mulut, aura kamu udah ngomong duluan.
Sebelum kamu masuk ruangan, aura kamu udah check-in duluan.
Bahkan sebelum kamu minta kenaikan gaji ke Bos, aura kamu udah negosiasi kontraknya.

Kalau di dalam diri kamu masih “mental miskin”, penuh keraguan, rasa tidak cukup, pikiran selalu “duh, rezeki kok seret yak” ya udah… kamu bisa punya mimpi pingin liburan ke Bali, tapi tetap saja kamu bakal auto self-sabotage mimpi kamu sendiri. Pikiran kamu ngomong begini, “udah lah….liburan di rumah aja…murah meriah ga habisin uang banyak“.

Karena kalau di dalammu masih berisik:

“Aku nggak layak, aku nggak bisa…” , maka semesta cuma bilang:

“Oke, dikirim sesuai pesanan vibrasinya.”

Jadi, sebelum mengejar uang, upgrade dulu auranya. Uang suka orang yang berenergi damai, bukan yang desperate. 😎💸

Hukum Resonansi

Sebenarnya, ini tuh tentang hukum alam semesta, yang sering disebut Hukum Resonansi, dan ini mutlak, tidak bisa ditawar, apalagi ini bukan promo “bisa nego sampai jadi”. 😅
Setiap pikiran yang nongol di kepala kita, itu kayak sinyal WiFi: dia memancarkan frekuensi.
Setiap emosi yang kamu peluk erat-erat, jadi pola energi.
Dan setiap keyakinan yang kamu pegang erat, jadi magnet:
— kalau positif, dia narik keberlimpahan
— kalau negatif, dia jadi… tolak bala rezeki. 😅

Kita ini kayak router WIFI berjalan, mau nggak mau, kita memancarkan sinyal energi.

Masalahnya, banyak orang pura-pura kuat. Pura-pura percaya diri. Pura-pura optimis.

Di luar: senyum. Di dalam: “ya Tuhan, semoga nggak ketahuan aku panik.”

Ada yang tiap pagi afirmasi: “Saya kaya. Saya berlimpah.”

Padahal hatinya berbisik: “Saldo aku cuma hanya cukup untuk beli Indomie…”

Nah, semesta itu peka banget, dia baca vibrasi asli kita, bukan kata-kata manis bibirmu.
Bukan afirmasimu. Bukan mimpimu.
Tapi energi jujur yang kamu pancarkan dari dalam dada. Karena itulah, jantung kita terus berdetak untuk memancarkan energi itu.

Kalau di dalam diri kita masih takut, insecure, dan minder…ya aura yang keluar bukan magnet, tapi seperti papan tanda:

“REZEKI JANGAN SINGGAH DULU YA, SAYA LAGI OVERTHINKING.”

Semesta tidak menanggapi kata-kata kita, tapi frekuensi kita. Jadi fokuslah mengubah rasa dan keyakinan, bukan sekadar kalimat afirmasi yang diulang sambil setengah ngantuk, karena mau tidur atau baru bangun tidur. 😆

Apa yang kamu broadcast ?

Sekarang yuuk mari kita tanya pada diri kita masing-masing dengan jujur, “apa yang kamu pancarkan ke dunia?
Karena aura itu nggak bisa di-make up, nggak bisa dipalsukan, dan nggak bisa difilter kayak Instagram. Aura itu selalu spill the tea ☕ tentang keadaan asli dari isi hati dan pikiranmu.

Kalau kamu terus cemas tentang uang, maka auramu mengirim pesan ke semesta kayak:

Halo semesta, saldo aku tipis. Aku hidup dalam mode survival.”

Trus, kalau kamu iri lihat orang lain sukses, walaupun pura-pura bilang, “ih, seneng banget lihat kamu berhasil ya…” padahal dalam hati auramu ngirim pesan:

“Rezeki tuh terbatas, ya? Sisain dong buat aku.”

Dan kalau kamu banting harga, ngasih diskon sebelum ditawar, atau ngomong, “Maaf ya harganya segini, aku ngerti kok kalau keberatan…”
Semesta membaca sinyalnya sebagai: “Aku ragu sama nilai diriku sendiri.”

Boom. Itu jadi batas atas atau plafon atas kamu.

Karena sampai aura kamu berubah, sampai vibrasimu bilang “aku layak menerima”,
strategi atau cara apa pun, seperti marketing, afirmasi, coaching, maka semuanya cuma jadi kosmetik doank.

Sebelum dompet berubah, energi dulu yang beres. Kalau sinyalmu masih frekuensi “takut, minder, tidak layak”…rezeki cuma lewat dan bilang: “Oops, bukan jalanku yang ini.”

Ayo perbaiki auranya dulu. Uang itu suka datang ke orang yang tenang, yakin, dan merasa layak. 😎✨

Tangerang, 6 November 2025

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *