Skip to content

Mindset UANG – Part #5

Pentingnya Mindset Uang

Nah, saya yakin dua poin yang akan kita bahas pada artikel kali ini pasti relate dan pasti bisa teman-teman aplikasikan, berapapun uang yang kalian punya. Jadi, satu hal penting yang perlu kita pahami sebelum mengatur uang adalah kita perlu perbaiki dulu pola pikir kita tentang uang yang ada di kepala kita masing-masing. Makanya hal yang paling utama dan mendasar adalah mindset, bahwa uang bukan goals atau tujuan utama. Saya bukanlah seorang fans garis keras para motivator atau coach finance, tapi saya sangat suka dan setuju terhadap statement yang bilang bahwa uang itu bukan finish line atau goals. Jadi apa doonk? Yang sesungguhnya menjadi finish line atau goals itu adalah ketika uang yang kita miliki dapat bekerja buat kita. Jadi kita tuh perlu menyadari bahwa uang itu sebagai akhir tujuan, bukan itu. Tapi saya melihat uang itu dapat kita berdayakan dan mencari cara bagaimana uang ini bisa dipekerjakan untuk hal yang lain. Salah satu cara agar uang bisa kerja buat kita adalah dengan investasi. Tapi sayangnya, saat ini banyak remaja ketika dengar kata investasi, pikirannya langsung tertuju ke kripto, saham, dan semua hal yang kelihatan untung besar dalam waktu singkat. Padahal ada satu bentuk investasi yang nilainya jauh lebih tinggi dan menjadi dasar buat kita mendapatkan uang di dunia ini dengan mudah dan menyenangkan. Tapi justru hal ini sering banget diremehin. Apa itu? Yaitu investasi ke diri sendiri. Saya serius. Ini salah satu penyesalan saya. Soalnya dulu saya dan kebanyakan dari teman saya dulu itu meremehkan investasi ke diri sendiri ini dan lebih mendahulukan investasi ke kripto atau instrumen keuangan lainnya. Akhirnya saya dulu lebih semangat belajar tentang chart crypto atau belajar saham atau forex daripada mencari tahu bagaimana cara mengembangkan skill atau keahlian supaya bisa dapat penghasilan atau income. Kayak contohnya belajar skill editing atau drop-shipping. Padahal ironisnya saya dulu belum punya modal yang banyak buat masuk ke dunia trading itu atau bahkan modalnya cuma dari menyisihkan uang jajan yang belum seberapa. Masalahnya semua keuntungan yang didapat dari instrumen keuangan seperti forex, kripto atau saham sangat besar bergantung dengan yang namanya capital atau modal. Kalau kita misal mau untung 8% dari crypto, tapi modal kita cuma sejuta, maka 8% dari sejuta itu cuma Rp 80.000. Itu pun kalau untung. Ya, saya tahu bahwa kita bisa saja untung ratusan persen, tapi tetap akan lebih sehat kalau kita punya income dari pekerjaan dulu. Yang jadi permasalahin di sini bukan tentang belajar investasi forex, kripto atau sahamnya, tapi yang jadi permasalahin adalah ketika kita ini fokus hanya ke kripto, saham, atau instrumen investasi lainnya. Sedangkan posisi atau kondisi kita belum punya kapital atau modal dan juga belum ada income dari pekerjaan apapun alias nganggur. Kalau income kita masih sedikit atau bahkan belum ada, ketika dapat duit jangan kita fokusin ke forex, kripto atau saham dulu. Lebih baik utamakan putar uang itu buat beli buku atau ikut seminar. Tujuannya supaya kita dapat skill dan pengetahuan terlebih dahulu, baru kemudian kita bisa memakai skill itu buat mendapatkan duit. Misalkan, kita bisa ikut kelas editing, dropshipping, affiliate, dan lainnya. Kalau misalkan kalian bingung mau belajar skill apa buat bisa dapat income, setelah artikel ini, cari aja di YouTube ide Bisnis Online. Coba dan pelajari apa yang pengen kalian coba. Ambil aja langkah pertama yang simple dan nyaman menurut kalian.

Seni Mengatur Uang

Nah, Saya juga yakin masalah yang paling sering dihadapi ketika kita dapat uang, kita kayak enggak sadar makanya dan akhirnya uang kita habis enggak bersisa ke hal-hal yang (mungkin) enggak berguna. Makanya sangat penting buat kita paham dan mengasah skill yang kedua ini, yaitu seni mengatur duit. Kita sekarang sudah paham tentang pentingnya investasi ke diri sendiri, tapi pertanyaannya sekarang adalah “duitnya dari mana? Dari Hong Kong? Dari nenek moyang kita?” Jawabannya ada di prinsip paling dasar mengatur uang, yaitu surplus cash flow. Surplus cash flow itu sederhananya adalah ketika kita punya lebih banyak pemasukan daripada pengeluaran. Tapi realitanya banyak dari kita yang malah kebalik. Pemasukannya pas-pasan tapi pengeluarannya dan gaya hidupnya kayak artis atau konglomelarat….hahah. Akhirnya boncos lagi. Uang keluar ke hal-hal yang enggak jelas bahkan sampai melebihi penghasilan itu sendiri. Dengan alasan atau logika yang selalu membenarkan. Nah, bagaimana caranya bisa sampai di titik surplus cash flow ini? Pertama-tama saya akan bahas buat yang udah kerja atau karyawan tapi gajinya ketaker kalo kata orang Betawi. Kalau kita kerja dan dapat gaji, misal 5 juta per bulan atau kurang dari itu. Satu-satunya cara kita bisa investasi ke diri sendiri ya dengan menekan gaya hidup kita, misal dengan memotong pengeluaran yang enggak perlu. Misalnya nongkrong di coffe shop yang enggak penting.penting amat, top up game walau cuma buat beli skin doank. Intinya kita perlu tekan semua pengeluaran yang enggak perlu. Misalnya dari 5 juta itu kita bisa berhasil menyisihkan Rp 300.000. Nah Rp 300.000 ini kita pakai buat beli buku, atau ikut kelas online, atau mulai nyicil alat-alat buat bisa naikin income. Contohnya beli laptop atau HP yang lebih baik buat kegiatan freelance. Emang kecil kelihatannya, tapi dari situlah semua proses perkembangan dimulai. Dan buat kalian yang belum kerja, seperti pelajar atau mahasiswa, dan masih dapat uang jajan dari orang tua, justru kalian punya kelebihan. kalian enggak punya beban hidup kayak cicilan atau tanggung jawab lainnya. Jadi, setiap kali kalian dapat duit, langsung pisahin 30% atau 40% buat investasi ke diri sendiri. Jangan semua uang jajan cuma dihabisin buat hal konsumtif yang enggak jelas. Misalnya dapat uang jajan Rp 100.000, jangan pakai semuanya buat hal konsumtif. Langsung sisihin misalnya Rp 20.000 sampai Rp 40.000 buat beli buku, tabung buat ikut kelas online atau workshop. Intinya harus ada yang dikeluarin buat investasi ke diri sendiri. Dan hal yang membuat uang cepat habis, enggak berasa itu biasanya bukan dari pengeluaran terbesar, kayak service motor misalnya.

The Latte Factor

Apa itu Latte factor? Jadi Latte factor itu adalah istilah yang dipopulerkan David Beach yang menjelaskan bagaimana pengeluaran kecil, yang tampaknya sepele kayak beli kopi misalnya tiap hari, bisa menumpuk jadi jumlah besar jika dilakukan terus-menerus atau konsisten. Misalnya kita beli kopi Rp30.000 setiap hari. Rp30.000 kali sebulan itu Rp900.000. Jika dikalikan dalam setahun itu jadi Rp10.800.000 dan faktanya latte factor dalam kehidupan itu enggak hanya kopi. Ada banyak hal seperti jajanan receh atau bahkan rokok. Nah, terus gimana caranya biar kita enggak terjebak Latte Factor ini? Caranya mau gak mau kita harus bangun kebiasaan baru, yaitu mencatat semua pengeluaran dan pemasukan. Kita bisa pakai aplikasi, misal Google Sheet atau bahkan pakai buku tulis. Yang penting sadar dulu ke mana uang kita keluar. Setelah kita tulis semua pengeluaran dalam setiap harinya, kita bakal tahu dan sadar hal mana yang enggak penting dan yang perlu. Biar kita bisa ketemu yang namanya surplus cash flow tadi dan kita punya uang sisa buat invest ke diri sendiri. Terus aja lakukan aktifitas kecil ini berapapun uang yang kita punya. Terus aja tumpuk dan perdalam skill dalam diri kita sampai kita punya income atau income kita mulai meningkat. Memang realitanya buat kita yang gak lahir dari keluarga kaya ini, (kayak saya…hahaha), salah satu kebiasaan yang harus kita punya supaya naik kelas dalam finansial itu adalah mengatur uang dengan sangat disiplin dan cerdas. Ini teori yang simpel tapi mudah buat dilakukan…..hahah. Dan realita pahitnya, kalau seandainya jadi kaya itu mudah, udah gak ada orang miskin di dunia ini. Kalau kalian punya cara lain atau mau nambahin cara mengatur uang, silahkan coba komentar di bawah biar yang lain terbantu.

Jakarta, 11 Nov 2025

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *