Skip to content

Mindset UANG – Part #3

Menggandakan Uang?

Uang selain sebagai alat tukar, dia juga sebagai amplify. Apa maksudnya? Maksudnya uang juga dapat menggandakan. Menggandakan apa? Menggandakan emosi. Kalau sebelum kamu punya banyak uang, kamu sudah pelit, maka ketika kamu punya banyak uang, kamu tetap pelit atau makin pelit….hahaha 😁😂 Enggak percaya? Yuk Buktikan. Kalau kamu sekarang sudah bermental berkelimpahan atau abundance sebelum kamu punya uang, kamu sering berbagi, sering donasi, sedekah, membantu sesama, maka ketika kamu besok-besok atau suatu saat nanti punya banyak uang, maka mental dan perilaku abundance-mu makin berlimpah, makin besar donasinya, makin besar sedekahnya, makin banyak menolong sesama. Karena itu, penting dicatat sebagai pelajaran kita, bahwa, buat siapa saja yang mumpung belum punya banyak uang, tanamkan dan praktekan mental berlimpah. Saya yakin teman-teman yang membaca artikel blog saya ini adalah orang-orang yang punya keinginan untuk terus maju dan berkembang. Saya percaya dan yakin, mungkin di masa depan, 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi, teman-teman punya potensi besar untuk jadi orang kaya raya atau sejahtera, dalam arti uangnya bertambah banyak. Makanya kita tetap terus belajar. Nah, daripada kita menanti-nanti kapan itu terjadi, kita enggak tahu….Nah, mumpung sekarang bagi yang belum punya banyak uang, kenapa gak mulai sekarang, saat ini, detik ini, kita latihan fokus kepada arah abundance-nya. Supaya apa? Supaya kalau nanti uang kamu tambah banyak, kamu berlipat abundance-mu. Jangan pernah punya pikiran kayak gini ya, “Sekarang saya masih pelit…karena saya belum ada uangnya. Jadi ya nanti aja kalau uang saya sudah banyak, nanti saya pasti jadi abandoned”. Belief atau pikiran ini enggak mungkin akan merubah orang pelit itu menjadi berlimpah. 😁😂 Saya percaya itu. Contoh, misallkan nanti kalau orang itu sudah kaya, misal sudah bisa beli mobil impiannya, kadang tuh yang susah disembuhkan tuh sedikit-sedikit dibikin story…pamer. Pasang story di semua sosmed. Punya rumah bagus, dikit-dikit dibikin story. Baru punya barang branded, dikit-dikit bikin story. Kenal ga sama orang seperti ini? Atau kenal banget? 😁😂😁😂

Nah gimana sih cara menyembuhkannya? Orang yang yang selalu bikin story berarti orang itu belum punya rasa memiliki benda itu. Iya dong. Apa pernah kita lihat orang terkaya di Indonesia, pernahkah dia pamer-pamer rumahnya? Misalnya, “Guys gua baru beli mobil baru guys. Ini mobil gua nih. Bagus nih guys. Ferrari loh ini cuman ada satu di dunia loh”. Enggak pernah yah khan. Dia keep silent. Betul atau benar? Sehingga orang yang benar-benar kaya itu sama persis seperti orang yang sudah menikah lama. Pernah enggak khan, si suami pamer-pamer istrinya ke sosmed, “Guys, ini loh, Guys, istriku, Guys. Cantik loh, Guys“. 😁😂 Tentunya enggak khan. Nah kalo ada orang yang pamer istrinya atau pasangannya, itu mungkin dia penganten baru. Tapi yang pamer-pamer itu, saya enggak tahu apa namanya yah? Mungkin dia meniru influencer atau bagaimana saya nggak tahu. Atau memang itu motif lain dengan tujuan supaya dia ingin viral. Bisa aja khan. 😁😂 Tapi balik lagi, hal itu menunjukkan pada semesta bahwa sebenarnya ketika kita pamer artinya kita tidak punya. Jadi sebenarnya malah menunjukkan rasa tidak punya atau rasa kekurangan. Meskipun kamu punya sesuatu, punya harta, punya mobil, punya motor gede, tapi kalau kamu sering pamer terus, justru kamu masih bermental miskin sebenarnya. Iya, betul. Karena orang yang benar benar-benar memiliki sesuatu, enggak bakalan melakukan seperti itu. Jadi kita perlu melihat orang dengan cara benar-benar natural. Ada orang natural, ada yang dibuat-buat. Orang yang natural berarti dia tidak ragu sedikit pun. Maka apa yang dia lakukan? Beda loh perilaku orang yang natural dengan orang tidak natural. Contoh, kita bisa belajar dari seorang Lucinta Luna. Dia secara fisik sudah jadi perempuan, tapi dia masih meragukan apakah saya masih perempuan. Sehingga dia melakukan tindakan-tindakan yang orang perempuan normal enggak akan lakukan itu. Nah, seperti saya sekarang misalnya, saya ini seorang pria atau laki-laki. Khan enggak perlu saya buka baju di kelas untuk membuktikan kalau saya laki-laki kepada teman-teman yang enggak percaya kalau saya laki. Bagi saya, teman-teman mau percaya atau enggak percaya, saya bodo amat karena saya tidak pernah mempertanyakan apakah saya laki-laki apa enggak….hahaha 😁😂😁😂. Maaf, ini mungkin agak vulgar. Enggak ada sensor ini di blog saya…hahaha. 😁😂😁😂

Gimana caranya supaya kita bisa kembali menjadikan uang itu sebagai alat spiritual, bukan sebagai alat ketakutan, kekhawatiran, dan lain sebagainya? Tentang mindset uang ini ya artinya terus-menerus kita ajukan mempertanyakan sejuta dollar itu. Pertanyaannya adalah “apakah saya ini dengan uang melayani Tuhan yang mana? Apakah Tuhan yang kekurangan atau Tuhan yang berlimpah?” Iya. Itu pertanyaan yang perlu terus diulang-ulang. Contoh misalkan saya kena tipu atau scam. Misal saya kena tipu seratus juta. Sebelum kita menyimpulkan A, B, atau C, kita perlu menanyakan itu lagi, “saya ini mau melayani Tuhan yang mana ?” Kalau sekarang saya kena tipu seratus juta lalu kemudian saya mikir, ya udah saya saya bunuh diri aja. Seolah-olah seperti the end of everything. Itu artinya hidup kamu nilainya cuman 100 juta ya, khan. Murah banget hidup ini, cuma 100 juta. Mungkin uang 100 juta kalau kita ngomong sama Pak Presiden RI, misalkan, dia kedipin mata aja bisa dapat ratusan juta. Seratus juta itu nothing. Artinya kok murah sekali hidupmu jika kamu habiskan hidupmu cuma gara-gara kena tipu atau rudi 100 juta. Artinya kamu menyembah Tuhan uangmu berlebihan. Sehingga kamu kehilangan uang cuman 100 juta aja. Dramanya udah kayak drama Korea dicampur drama India enggak karu-karuan. Pake nangis 2 x 24 jam, terus dengerin playlist lagu yang super mellow. Rasanya seperti dunia sudah runtuh di dirinya.

Jadi kita perlu sadar dan menilai setiap hari dengan pertanyaan tersebut. Karena tiap hari kita pasti akan mengalami kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan finansial. Buat uang yang berdagang atau berbisnis, enggak mungkin kita untung terus. Karena itu, bagi saya kalau kita mau belajar bagaimana mengenal uang, mesti belajar saham atau trading. Belajar trading? Iya. Trading itu adalah guru terbaik saya. Karena market dalam dunia finansial tidak bisa saya kontrol sendiri. Kita gak punya kontrol harga saham, harga kripto, harga emas. Iya khan? Iya. Kalau saya punya bisnis saya punya kontrol dan bisa melakukan sesuatu. Misal toko saya sepi, yah saya akan pasang iklan. Bisa kan? Panggil teman yang sedang baca artikel ini, misalnya, saya ajak jadi bintang tamu atau iklan di tempat saya. Bisa juga khan? Artinya saya bisa melakukan sesuatu tetapi kalau dalam dunia trading atau saham, saya enggak bisa mengontrol pasar. Pasrah dan ikhlas aja. Misal saya beli kripto Bitcoin, sudah pakai analisa teknik dan fundamental prediksi saya harga akan naik, eh ternyata harga turun. Nah kalau turun apa yang saya lakukan? Disini emosi, perasaan, mindset berperan. Jadi artinya dari dunia trading itu kita bisa mengetahui bahwa tidak semua rencana yang kita bikin akan terjadi. Tapi bukan itu yang terpenting. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya dan menjalani hidup ini. Begitulah uang. Uang itu mengalir, ada uang keluar, ada uang masuk. Sama seperti bisnis. Jadi bukan hanya karena pagi ini kamu lihat ada duit 100 ratus juta masuk, bukan berarti nanti sore duit itu tetap ada. Dan kalau duit itu tiba-tiba hilang, apa respon kamu? Karena itulah, sebenarnya orang yang paling sukses, entah dalam bisnis ataupun dalam dunia finansial, adalah orang yang sudah berani menghadapi ketakutannya. Saya melihat hal ini sama juga dalam dunia bela diri. Kalau misalnya saya mau tanding atau tarung dengan seorang lawan, muncul ada rasa takut yang ng-drive saya, maka rasa takut itu sebenarnya yang mengalahkan saya, bukan lawan tanding saya. Betul atau Benar ? Tetapi kalau sekarang saya gak punya rasa takut itu, alias nekad, artinya saya sudah gak punya pilihan lain, sehingga saya gak taruh atensi saya ke rasa takut itu. Maka biarpun lawan saya mungkin sudah sabuk hitam sekalipun mungkin saya bisa mengalahkannya. Artinya rasa takut itu sudah enggak ada lagi, atau sudah bisa diminimalisir. Hal ini bisa memerlukan waktu. Jatuh – bangun. Kalah – menang. Kita jadi terlatih dengan pengalaman kita itu. Karena itu orang yang paling hebat adalah orang yang sudah punya banyak pengalaman dan dari pengalamannya itu yang membentuk wisdom. Wisdom yang sifatnya adalah nothing to lose. Itulah orang paling ‘berbahaya’ dalam arti positif. Orang itu tidak bisa diberhentikan, nothing can’t stop. Wah kalau kita sudah sampai di level itu, luar biasa. Anda kah orang itu?

Teman-teman, jadi sekali lagi ini sebagai bahan evaluasi buat saya pribadi, sebagai perbaikan diri saya, maka saya buat blog ini buat siapa saja. Teman-teman, mari kita terus enggak henti-hentinya untuk terus belajar, evaluasi, perbaikan, penyempurnaan jadi lebih baik versi diri kita masing-masing. Bukan baik menurut versi si A, si B, si C.

Tangerang, 1 November 2025

Please follow and like us:

13 thoughts on “Mindset UANG – Part #3”

  1. Pingback: Mindset UANG – Part #2 – Abdusy Syarif's Blog

Leave a Reply to opaltogel Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *